Laman Menu

Jumat, 03 Agustus 2012

KELEMBABAN RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN II
KELEMBABAN RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA
NAMA                                    : A. RIZKI SYAMSUL BAHRI
NIM                                        : H41111299
KELOMPOK                                    : II B (DUA)
HARI/TGL PERCOBAAN             : KAMIS, 15 MARET 2012
ASISTEN                               : YUSDAR M.
 SITTI HARMATANG






LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
            Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat per satuan udara (misalnya gram per kilogram udara). Jumlah upa air yang terdapat di udara (pada kejenuhan tertentu) dipengaruhi oleh temperature dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah persentase uap air sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan di bawah temperature dan tekanan tertentu. Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal (Umar, 2012).
Kelembaban udara pada suatu ekosistem banyak dipengaruhi oleh berbagai factor, baik faktor biotik maupun abiotik. Misalnya saja dengan suhu, vegetasi, tekanan udara dan lain sebagainya (Dwi, 2011).
            Irama harian kelembaban sangat bervariasi, tinggi pada malam hari dan rendah pada siang hari, juga adanya perbedaan horizontal dan vertikal. Kelembaban sejalan dengan temperatur dan sinar matahari mempunyai peranan penting dalam mengatur aktifitas organisme dan dalam membatasi penyebarannya (Umar, 2012).
Adanya variasi kelembaban menjadi latar belakang diadakannya percobaan tentang kelembaban relative udara pada tempat berbeda. 
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan diadakannya percobaan ini adalah sebagai berikut.
1.    Untuk mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat/lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.    Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.

I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai kelembaban relative udara pada tempat yang berbeda dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 15 Maret 2012, pukul 14.00-17.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. pengambilan sampel dilakukan pada hari kamis, tanggal 15 Maret 2012, pukul 14.00-17.00 WITA, bertempat di dalam Laboratorium Biologi Dasar, pelataran MIPA dan Canopy Biologi, Makassar.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air diketahui dapat berwujud padat, cair, atau gas. Air yang berbentuk gas disebut uap air. Ketika kita berbicara mengenai kelembaban udara maka kita sesungguhnya kita berbicara mengenai jumlah uap air. Ketika udara dikatakan “lembab”, itu berarti udara mengandung banyak uap air (Dwi, 2011).
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya juga ikut mengatur suhu udara (Prabu, 2009).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air (Dwi, 2011).
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari tersebut. Pada malam hari, akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang (Wiwik, 2012).
            Kelembaban adalah faktor ekologis yang penting mempengaruhi aktifitas organisme dan membatasi penyebarannya dengan keragaman harian, serta keragaman tegak dan mendatar. Kandungan uap air itu sendiri atau bersama-sama dengan suhu merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi ekologi mahluk-mahluk hidup daratan. Untuk mahluk-mahluk hidup darat, kandungan uap air harus dianggap sebagai kelembaban dalam astmosfir, air tanah untuk tanaman dan air minum untuk hewan-hewan. Banyak hewan-hewan darat seperti moluska, amfibia, isopoda, nematoda, sejumlah serangga dan antropoda lainnya di temukan hanya pada habitat-habitat atmosfernya jenuh dengan uap air (Adijaya, 2011).
Pada umumnya organisme akan kehilangan lebih banyak air dalam atmosfir dengan kelembaban rendah dari pada dalam atmosfir dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu salah satu faktor abiotik yang sangat penting pada organisme darat adalah kelembaban nisbi (Dwi, 2011).
Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinngi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil (Mustanil, 2010).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan tekanan uap aktual, maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat ditulis dengan persen ( Mustanil, 2010 ).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan larutan air tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air dengan potensi air larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan kelembaban relatif udara tersebut (Lakitan, 1994).
Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu metode pertambahan panjang dan berat pada benda-benda higroskopis, serta metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Kartasapoetra, 1990).
Kelembapan udara menggambarkan kandungan uap air di udara
Kandungan uap air di udara (atmosfer) dapat diukur berdasar beberapa cara (Hasnah, 2012):
1.      Kelembapan mutlak menggambarkan kandungan uap air dalam satu satuan massa udara.
Contoh : Kelembaban mutlak wilayah tropika umumnya lebih tinggi dari wilayah temperate.
2.      Kelembapan Spesifik, menggambarkan perbandingan massa uap air yang ada di udara dengan satu satuan massa udara. Contoh : Kelembapan spesifik udara = 12 g. kg-1
3.      Tekanan Uap Air, menggambarkan tekanan vertikal uap air dalam udara
Bila kandungan uap air terus meningkat maka udara akan jenuh uap air dan
disebut tekanan uap air jenuh.
4.      Kelembapan Relatif / Nisbi, menggambarkan perbandingan jumlah uap air di udara (kel aktual) dengan jumlah uap air maksimum di udara (kel potensial).
Bila kelembaban aktual dinyatakan dlm tekanan uap aktual (ea) dan kel potensial dinyatakan dlm tekanan uap jenuh (es), maka Kelembapan Relatif Udara = ea / es x 100 % . Tekanan uap jenuh (es) bergantung pada suhu, bila suhu naik, es akan meningkat dan sebaliknya, sehingga pada ea yang tetap maka kelembapan relatif akan menurun bila suhu meningkat. Bila nilai ea = es maka kelembapan relatif = 100 % dan suhu dimana tercapai nilai ea = es disebut suhu titik embun (dew point temperature).
5.      Defisit Tekanan Uap, menggambarkan selisih antara tekanan uap jenuh dengan tekanan uap aktual (es -ea).
6.      Sebaran Kelembapan Udara
a.       Sebaran menurut Waktu
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di bumi maka akan ada polasebaran kelembapan uadara yang berbeda anatara siang dan malam hari. Pada siang hari energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di udara tetap maka kelembapan relatif udara akan berkurang (rendah). Demikian sebaliknya pada malam hari. Kelembapan relatif yang tingi pada pagi hari pada saat suhu udara mencapai titik suhu terendah (lihat neraca radiasi & pola suhu pada perkuliahan sebelumnya) bila bersentuhan dengan benda yang suhunya lebih rendah dari titik embun akan terbentuk embun.
b.      Sebaran Menurut Tempat
Kelembapan nisbi menurut tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya.
7.      Kelembapan Dan Aktivitas Organisme
a.       Tanaman 
1)      Mengurangi transpirasi
2)      Daun lebih tipis
3)      Daun lebih luas
4)      Permukaan daun lebih halus
b.      Penyakit Tanaman
Kelembapan relatif udara dapat mendukung berkembangnya pertumbuhan penyakit tanaman. Contoh : Perkembangan spora Exobasidium vexans (penyakit cacar teh). Fase Pertumbuhan Kelembapan Relatif Udara (%) sebagai berikut.
1)      Pelepasan spora
2)      Perkecambahan spora
3)      Pertumbuhan
c.       Hama Tanaman merupakan faktor pembatas penyebaran serangga karena berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan keaktifan serangga.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah termometer (air raksa/alcohol), sling psychrometer, hand sprayer, kipas dan tabel kelembaban relatif udara.

III. 2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kapas dan air.

III. 3. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam percobaan adalah sebagai berikut.
a.    Pengukuran kelembaban udara dengan cara manual
1.      Disediakan dua buah thermometer (Skala 1-100), yang mana salah satu dari thermometer tersebut pada bagian ujung pangkal dibagian yang mengandung air raksa/alkohol, kemudian dibalut dengan kapas secukupnya dan diikat denga karet.
2.      Diikat kapas yang sudah tersebut dibahasahi dengan cara disemprot dengan hand sprayer.
3.      Digantung kedua thermometer (satu basah dan satu kering pada tempat yag dipilih) sambil di kipas-kipas selama kurang lebih 5 menit.
4.      Dilakukan pengamatan setiap selang waktu 3 menit sebanyak 3 kali pada setiap tempat yang dipilih (dalam ruangan, di bawah pohon, dan di pelataran MIPA).
5.      Dicatat nilai dari hasil pembacaan pada kedua thermometer (basah dan kering) dalam bentuk tabel.
b.    Pengukuran kelembaban udara dengan Sling Psychrometer
1.      Diambil satu alat Sling Psychrometer, kemudian thermometer kering dan basah ditarik keluar dari kotak skala pada alat tersebut.
2.      Disambung sumbu pada kotak/tempat pembahasan dengan ujung termometer basah.
3.      Dibasahi sumbu tersebut dengan air secukupnya, kemudian ditutup kotaknya.
4.      Diayunkan thermometer basah dan kering dengan cara diputar-putar di udara seperti baling-baling.
5.      Dilakukan pengamatan/pembacaan setiap 5 menit pengayunan pada thermometer basah dan kering, jumlah pengamatan sebanyak 3 kali dengan interval waktu setiap pengamatan 2 menit.
6.      Dibuat tabel hasil pengamatan pada setiap lokasi pengamatan yang berbeda.
7.      Dilakukan untuk pembacaan kelembaban udara relatif dapat berdasarkan hasil pembacaan skala thermometer basah dan kering yang didempetkan pada skala yang terdapat pada Sling Psychrometer.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil
a.    Tabel pengamatan menggunakan thermometer air raksa/alcohol
TEMPAT
NO
TERMOMETER BASAH (OC)
TERMOMETER KERING (OC)
KR %
PELATARAN MIPA
1
24
41
22
2
24
38
27
3
24
38
27
Rata-rata
24
39
25.3
CANOPY
1
28
29
92
2
28
29
92
3
25
28
88
Rata-rata
27
28.67
90.7
DALAM RUANGAN
1
16
38
53
2
15
38
49
3
16
38
53
Rata-rata
15.67
38
51.7

b.    Tabel pengamatan menggunakan Sling Psychrometer
TEMPAT
NO
TERMOMETER BASAH (OC)
TERMOMETER KERING (OC)
KR %
PELATARAN MIPA
1
26
28
88
2
27
29
87
3
28
29
92
Rata-rata
27
28.67
89
CANOPY
1
27,5
30
82
2
26,5
27
91
3
26
27,5
90
Rata-rata
26
28.5
87.67
DALAM RUANGAN
1
27
28
94
2
28
26
87
3
29
27
89
Rata-rata
28
27
90